Bobby Nasution dan Mimpi Besar Ekonomi Sumut - Alumni Zending Islam Indonesia

Home Top Ad

Post Top Ad

Selasa, 08 April 2025

demo-image

Bobby Nasution dan Mimpi Besar Ekonomi Sumut


Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, tampaknya tidak hanya ingin membenahi infrastruktur dan layanan publik. Lebih dari itu, ia mulai menunjukkan arah baru pembangunan ekonomi Sumatera Utara yang bercita-cita tinggi: menyaingi kekuatan ekonomi regional seperti Penang di Malaysia dan Singapura. Mimpi itu tidak berlebihan jika melihat potensi dan posisi strategis Medan sebagai pusat ekonomi Sumatera.

Sejak zaman kolonial, Medan, Penang, dan Singapura dikenal sebagai tiga simpul dagang dan pelabuhan utama di kawasan Asia Tenggara. Ketiganya pernah bersaing ketat dalam sektor perdagangan, industri, dan pelayaran. Kini, meski Singapura dan Penang telah lebih dahulu melesat, peluang Sumatera Utara untuk menyusul terbuka lebar, terutama jika dipimpin oleh pemimpin muda yang berani dan visioner.

Bobby Nasution menyadari sepenuhnya posisi Sumatera Utara dalam peta kerja sama ekonomi segitiga Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Dalam kerangka kerja sama ini, Sumatera Utara merupakan ujung tombak Indonesia di bagian barat, bersanding langsung dengan Penang dan juga menjadi pintu gerbang ke negara-negara ASEAN lainnya.

Dalam banyak kesempatan, Bobby menegaskan bahwa Medan dan wilayah sekitarnya harus didorong untuk menjadi pusat pertumbuhan baru yang modern, terintegrasi, dan berstandar internasional. Ia percaya bahwa pertumbuhan ekonomi tidak cukup hanya diukur dari angka statistik, tetapi harus menyentuh langsung kehidupan masyarakat di daerah-daerah.

Untuk mendukung visinya, Bobby juga aktif membangun semangat kebersamaan dan sportivitas melalui berbagai kegiatan. Pada Senin (7/4/2025), ia menyerahkan langsung piala juara pertama Liga 4 zona Sumut kepada Klub Victory Dairi setelah mengalahkan PS Kwarta Deliserdang dengan skor tipis 1-0. Momen ini bukan sekadar seremoni olahraga, melainkan simbol semangat baru Sumut: bangkit dan berani tampil di kancah nasional.

Kedua tim yang akan berlaga di Liga 4 tingkat nasional itu menjadi lambang bahwa Sumatera Utara bisa bersaing di level lebih tinggi. Begitu pula dengan dunia ekonomi—jika dikelola dengan strategi jitu dan kolaborasi lintas sektor, Sumut bisa naik kelas dan menantang dominasi kawasan seperti Penang dan Singapura.

Namun, tentu saja, ambisi besar ini memerlukan langkah konkret dan terstruktur. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membangun infrastruktur kelas dunia. Pelabuhan Belawan perlu ditata ulang menjadi pelabuhan internasional modern yang terhubung dengan jalur logistik ASEAN. Bandara Kualanamu pun harus dikembangkan bukan hanya sebagai pintu masuk wisata, tapi juga sebagai hub ekspor-impor yang efisien.


Langkah kedua adalah mendorong hilirisasi industri lokal. Sumut memiliki hasil pertanian, perkebunan, dan tambang yang melimpah. Namun selama ini, hasil itu lebih banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah. Bila Gubernur Bobby mampu membangun kawasan industri berbasis hilirisasi, nilai tambah ekonomi akan meningkat drastis dan membuka lebih banyak lapangan kerja.

Langkah berikutnya adalah memperkuat pendidikan dan sumber daya manusia. Agar Sumatera Utara mampu bersaing dengan Penang yang terkenal dengan sektor pendidikannya, Bobby harus mendorong lahirnya pusat riset, teknologi, dan universitas internasional di Medan. Investasi di sektor ini akan melahirkan generasi baru pemikir dan inovator dari tanah Deli.

Bobby juga perlu merumuskan kebijakan ekonomi yang memudahkan iklim investasi. Penang dan Singapura menjadi besar karena keberanian mereka membuka pintu bagi pengusaha lokal dan asing untuk berinovasi tanpa banyak hambatan birokrasi. Reformasi layanan publik dan perizinan harus menjadi agenda prioritas di awal masa kepemimpinannya.

Pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) di sekitar Medan, Deli Serdang, dan Binjai bisa menjadi magnet baru untuk investasi. Jika Bobby mampu mengintegrasikan kawasan ini dengan pelabuhan dan bandara, maka Sumut akan menjadi satu simpul logistik utama di kawasan barat Indonesia. Potensi ini akan mengundang produsen besar untuk menjadikan Sumut sebagai basis produksi dan distribusi.

Sektor pariwisata juga tak boleh luput dari perhatian. Danau Toba sebagai ikon utama pariwisata harus dihubungkan dengan Medan sebagai pintu gerbangnya. Pengembangan ekowisata, wisata budaya, dan event internasional perlu terus digalakkan agar arus wisatawan yang masuk juga menggerakkan ekonomi lokal.

Penting juga bagi Bobby untuk menjalin hubungan erat dengan negara-negara tetangga, khususnya Malaysia dan Singapura. Lewat jalur diplomasi ekonomi dan promosi dagang, Sumatera Utara bisa memperluas pasar produknya dan juga menjalin aliansi teknologi serta pelatihan tenaga kerja.

Peran digitalisasi tak kalah penting. Bobby harus mendorong UMKM di Sumut masuk ke platform digital, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan daya saing. Smart city dan digital economy bukan lagi impian, tapi kebutuhan yang harus diwujudkan jika ingin bersaing dengan Penang dan Singapura.

Selain membangun ekonomi, Bobby harus menjaga stabilitas sosial dan politik. Investor tidak akan datang bila daerah dianggap rawan atau tidak aman. Oleh karena itu, sinergi dengan aparat keamanan dan tokoh masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan ketenangan dan kepastian hukum.

Dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, Sumatera Utara bisa menjadi pusat gravitasi ekonomi baru di barat Indonesia. Bila Bobby Nasution konsisten dengan visi dan langkah yang tepat, mimpi menjadikan Sumut sekilas Penang atau Singapura bukan sekadar wacana. Ini bisa menjadi kenyataan yang membanggakan.

Momentum ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Rakyat Sumut mendambakan pemimpin yang bukan hanya hadir dalam acara seremonial, tetapi juga mewujudkan perubahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bobby Nasution sudah memulai, dan kini semua mata tertuju pada langkah selanjutnya.

Kemenangan Victory Dairi dalam Liga 4 hanyalah simbol kecil dari semangat besar: bahwa anak Sumut bisa bersaing, bahkan menang, di pentas yang lebih luas. Demikian pula, ekonomi Sumut bisa bangkit dan menginspirasi jika semangat juang itu dijaga dan didorong oleh pemimpin yang visioner.

Medan, yang dulunya dijuluki “Paris van Sumatera,” memiliki kesempatan untuk bersinar kembali. Di tangan Bobby Nasution, peluang itu kini semakin nyata. Tinggal bagaimana langkah demi langkah itu dijalankan dengan komitmen dan keberanian yang konsisten.

Jika Penang dan Singapura bisa jadi poros ekonomi ASEAN, maka Sumatera Utara juga bisa. Gubernur Bobby tinggal menata fondasinya, membuka pintu, dan menyalakan api semangat baru. Dari tanah Deli, mimpi besar itu mulai ditulis.

Dibuat oleh AI

Post Bottom Ad

Pages